Pakaian (sandang) adalah salah satu kebutuhan pokok manusia di samping makanan (pangan) dan tempat tinggal (papan). Selain berfungsi menutup tubuh, pakaian juga dapat merupakan pernyataan lambang status seseorang dalam masyarakat. Sebab berpakaian ternyata merupakan perwujudan dari sifat dasar manusia yang mempunyai rasa malu sehingga berusaha selalu menutupi tubuhnya.
Oleh karena itu, betapapun sederhana bentuknya tapi usaha
untuk menutupi tubuh itu masih ada. Misalnya, orang Irian Jaya yang
memakai koteka untuk laki-laki dan sali lokal untuk
perempuannya. Busana tersebut hanya menutupi bagian-bagian tertentu dari tubuh
yang dianggap vital. Namun, bangsa yang menganggap diri mereka berbudaya pun
sering tak segan-segan untuk meninggalkan busana mereka. Semakin minim, semakin
seksi, dianggap menjadi semakin menarik. Itulah akibat jika berpakaian hanya
berdasarkan budaya masyarakat dan mengikuti mode saja.
Dalam ajaran Islam, pakaian bukan semata-mata masalah budaya
dan mode. Islam menetapkan batasan-batasan tertentu untuk laki-laki maupun
perempuan. Khusus untuk muslimah, memiliki pakaian khusus yang menunjukkan
jatidirinya sebagai seorang muslimah. Bila pakaian adat umumnya bersifat
lokal, maka pakaian muslimah bersifat universal. Dalam arti dapat dipakai oleh
muslimah di manapun ia berada.
Masalah yang paling sering menimbulkan salah paham adalah
anggapan kebanyakan orang menjadikan seragam pesantren tradisional sebagai mode
busana muslimah. Sehingga terkesan busana muslimah itu kampungan, ketinggalan
zaman, tidak modern,out of date, dan sebagainya. Padahal, Islam tidak
mengharuskan muslimah mengenakan mode seperti itu. Islam hanya memberikan
batasan-batasan yang harus ditutupi, sedangkan modenya terserah kepada selera
masing-masing pemakai. Yang penting harus diperhatikan beberapa kriteria yang
dapat dijadikan standar mode busana muslimah, yakni:
- Pakaian harus menutup aurat
- Tekstil yang dijadikan bahan busana tidak tipis atau transparan (tembus-pandang). Karena kain yang demikian akan memperlihatkan bayangan kulit secara remang-remang
- Modelnya tidak ketat
- Tidak menyerupai laki-laki
- Bahannya, juga modelnya tidak terlalu mewah, berlebihan atau menyolok mata, dengan warna aneh-aneh hingga menarik perhatian orang. Apalagi jika menimbulkan rasa sombong.
Begitu hebatnya pengaruh budaya dan mode dalam berpakaian,
membuat manusia lupa memahami hakekat dari fungsi adanya pakaian. Dalam hal ini
Islam sebagai agama yang salih li kulli zaman wa makan memberikan
perhatian yang besar terhadap fungsi berpakaian. Menurut ajaran Islam, pakaian
itu mempunyai empat fungsi utama:
Sebagai Penutup Aurat
Tidak satu pun dari bagian tubuh yang buruk karena semuanya
baik dan bermanfaat termasuk aurat. Tetapi bila dilihat orang, maka
“keterlihatan” itulah yang buruk.
Sebagai Perhiasan
Perrhiasan merupakan sesuatu yang dipakai untuk memperelok
(memperindah). Tentunya pemakaiannya sendiri harus lebih dahulu menganggap
bahwa perhiasan tersebut indah, kendati orang lain tidak menilai indah atau
pada hakikatnya memang tidak indah. Tidak ada yang menjelaskan atau merinci apa
yang disebut perhiasan, atau sesuatu yang “elok”. Sebagian pakar menjelaskan
bahwa sesuatu yang elok adalah yang menghasilkan kebebasan dan keserasian.
Kebebasan haruslah disertai tanggung jawab, karena keindahan harus menghasilkan
kebebasan yang bertanggung jawab. Tentu saja pendapat tersebut dapat diterima
atau ditolak sekalipun keindahan merupakan dambaan manusia. Namun harus diingat
pula bahwa keindahan sangat relatif, tergantung dari sudut pandang
masing-masing penilai.
Sebagai Pelindung Tubuh
Telah disebutkan bahwa pakaian tebal dapat melindungi
seseorang dari sengatan dingin, dan pakaian yang tipis dari sengatan panas. Hal
ini bukanlah hal yang perlu dibuktika, karena yang demikian ini adalah
perlindungan secara fisik. Di sisi lain, pakaian memberi pengaruh psikologis
bagi pemakainya. Pengaruh psikologis dari pakaian dapat dirasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya jika pergi ke pesta, apabila mengenakan pakaian
buruk, atau tidak sesuai dengan situasi, maka pemakainya akan merasa rikuh, atau
bahkan kehilangan kepercayaan diri, sebaliknya pun demikian. Kaum sufi, sengaja
memakai shuf (kain wol) yang kasar agar dapat menghasikan pengaruh positif
dalam jiwa mereka. Harus diakui bahwa memang pakaian tidak menciptakan
muslimah, tetapi dia dapat mendorong pemakainya untuk berperilaku sebagai
muslimah yang baik, atau sebaliknya, tergantung dari cara dan model pakaiannya.
Pakaian terhormat, mengundang seseorang untuk berperilaku serta mendatangi
tempat-tempat terhormat, sekaligus mencegahnya ke tempat-tempat yang tidak
senonoh.
Fungsi Penunjuk Identitas
Identitas/kepribadian sesuatu adalah yang menggambarkan
eksistensinya sekaligus membedakannya dari yang lain. Eksistensi atau
keberadaan seseorang ada yang bersifat material dan ada juga yang imateral. Karenanya,
kita dilarang jika laki-laki yang yang memakai pakaian perempuan dan perempuan
yang memakai pakaian laki-laki.